Wednesday, November 21, 2007

20 Tahun Eksistensi Tio Fanta Pinem

Di tulisan saya berjudul "Eksistensi Keseniman Karo" (baca di www.tanahkaro.com kolom Joey Bangun) yang pernah dimuat di sebuah media, saya menyebutkan Tio Fanta adalah Seniman Karo berkultur pop. Dia lahir bukan dari seni tradisi. Melainkan berawal dari pop kemudian merambah ke seni tradisi. Sebuah gaya yang biasa dilakukan oleh Seniman bertaraf Nasional untuk mendapat pengakuan dari daerahnya sendiri. Namun terkadang seorang Seniman Pop yang merambah ke seni tradisi sudah tidak bisa lepas lagi dari seni tradisi. Akhirnya dia tidak bisa mengangkat lagi namanya ke seni bertaraf Nasional.

Secara pribadi, saya mengenal namanya sewaktu saya masih sekolah dasar. Ketika seni lukis masih menjadi salah bakat saya. Saya pernah menonton dia menyanyi di Aneka Ria Safari di TVRI. Pada masa itu acara Aneka Ria Safari merupakan sebuah acara untuk menunjukkan eksistensi penyanyi Indonesia. Dan seorang Tio Fanta menyanyi di acara itu!

20 tahun kemudian saya baru bisa berkenalan dengan seorang Tio. Itupun karena saya diundang oleh PESIKAPI (Persatuan Seniman Karo dan Pemerhati) untuk menghadiri pesta ulang tahunnya Tio Fanta. Pertama saya mengenalnya saya yakin seorang Tio Fanta tidaklah sombong. Apalagi dia pernah mengatakan pada saya dia kagum pada sepak terjang saya, dan sering membaca tulisan-tulisan saya. Bagaimana perasaan anda jika dipuji seorang maestro?
Di saat saya pertama kali mengenal Tio Fanta, yang membuat menarik adalah, Tio Fanta lahir dari keluarga Seniman. Besar di Sidikalang tanah suku Pakpak lalu hijrah ke Yogya dan menekuni bakatnya menyanyi disana. Seluruh keluarganya mendukung karirnya.

Awal karirnya, Tio Fanta tidak menyebutkan beru Pinem dibelakang namanya. Hal ini membuat protes beberapa kalangan masyarakat Karo walau beberapa waktu terakhir dia sudah menambalkan berunya di belakang namanya. Tio Fanta tidak hanya dikenal di kalangan masyarakat Karo, namun juga masyarakat Pakpak bahkan Toba. Tio Fanta pernah menyebutkan undangan menyanyi beberapa waktu terakhir justru lebih banyak di kalangan masyarakat Batak dibanding Karo. Mungkin itu sebabnya musisi Viky Sianipar merekrutnya menjadi salah satu penyanyinya. Selain dengan Viky, Tio Fanta pernah berkolaborasi dengan musisi Batak lainnya seperti Charles Simbolon. Bahkan dia pernah menyanyi lagu dari daerah Nusa Tenggara Timur.

Karir Tio Fanta tidak lepas dari suami tercinta Isfridus Sinulingga. Isfrid bukan orang biasa. Dia berdarah biru. Cucu dari Sibayak Lingga terakhir Raja Kelelong Sinulingga pewaris Pisau Bawar lambang supremasi kerajaan Lingga. Isfrid memberikan kepercayaan diri penuh pada Tio Fanta dalam menapaki karirnya. Hal ini sangat diperlukan pengertian dan perhatian jika kita mempunyai pasangan seorang Seniman.

Salah satu sifat sosialnya yang tinggi, ketika dia mendengar ayah saya tercinta meninggal dunia tahun lalu. Bentuk perhatiannya diberikannya sebuah karangan bunga besar untuk menghormati kepergian ayah saya itu. Walau saat itu saya sedang berduka, namun saya cukup bangga ketika orang-orang di Jambur Namaken bertanya apa hubungan saya dengan seorang Tio Fanta.

Seluruh masyarakat Karo tahu siapa Tio Fanta, dan juga eksistensinya. Itulah sebabnya kita tidak perlu terkejut jika konser menyambut dua dekade ini digelar. Paling tidak inilah bentuk penghargaan yang pernah dibuatnnya. Terlebih untuk perkembangan musik masyarakat Karo. Musisi Karo dan di luar Karo akan ambil bagian. Buku biografi perjalanan karirnya akan diluncurkan. Tentu saja ini akan menambah khazanah kesusasteraan Karo.

Mari kita sambut dan dukung penuh konser Tio Fanta "Dua Dekade Menguntai Nada!" Dan membarikan apalaus bagi sang maestro ketika mengakhiri semua dengan suara emasnya.

Joey Bangun
Seniman Karo

Jakarta, 221107 07.24